Akhir-akhir ini pembahasan tentang NPD ramai dibicarakan di media sosial. Banyak yang tiba-tiba curhat merasa sebal dan marah memiliki pasangan yang narsis dan sombong. Ada juga yang menuliskan kisah hidupnya yang sengsara karena memiliki orang tua yang mau menang sendiri, sangat egois dan pandai memanipulasi orang-orang. Pembahasan NPD ini membuat saya tertarik untuk mengetahui lebih dalam hingga akhirnya saya berkesempatan menghadiri #KEBIntimate yang menghadirkan Kartika Soeminar, sosok perempuan tangguh yang mampu bangkit setelah 23 tahun hidup bersama suaminya yang NPD.
NPD atau Narcissistic Personalty Disorder merupakan gangguan kepribadian dimana para pengidapnya mempunyai ciri-ciri bahwa dirinya merasa paling benar, dominan, haus pujian, superior, tidak mau disalahkan, sombong, tidak memiliki empati terhadap orang-orang di sekitarnya dan orang dengan NPD tidak menyadari jika dirinya adalah seorang NPD.
Kartika Soeminar menyatakan saat awal perkenalan, pasangannya suka melakukan " love bombing". Love bombing adalah perlakukan manis seseoarang untuk mendekati atau menaklukan calon inangnya atau calon korbannya. Kata-kata manis ini seperti "kamu adalah wanita satu-satunya dihidupku", "aku tak bisa hidup tanpamu" dan sejenisnya yang mampu meluluhkan hati wanita. Lebih lanjut menurut Kartika, ketika calon inang sudah didapatkan maka tahapan selanjutnya adalah"Gaslighting".
Gaslighting atau teknik manipulasi yang dilakukan oleh NPD kepada pasangan/korban/inangnya. Ketika menegur suaminya yang NPD karena berbuat kesalahan maka suaminya akan balik menyalahkan Kartika dan memutarbalikkan fakta. Kartika menyebutkan ketika dirinya bersama suaminya yang NPD beberapa kali mendapatkan perlakukan Kasar atau abusive. Hal inilah yang membuat mentalnya hancur dan mengalami depresi. Pengusaha asal Bali ini menuturkan kalau berat badannya turun9 kg dan hb merosot drastis sampai ke angka 7 padahal tidak mengalami pendarahan.
Selama 23 tahun menghadapi suami yang NPD Kartika memutuskan untuk bercerai dan bangkit kembali. Beliau melakukan edukasi kepada masyarakat agar waspada dan tahu bagaimana cara menghadapi seoarang NPD. Pengalaman hidupnya dituliskan dalam sebuah buku yang akan terbit akhir tahun ini. Kartika Soeminar juga aktif melakukan kampaye dengan keliling di beberapa kota di Indonesia serta membagikan pengalamnnya di sosial media miliknya.
Kampaye Kartika Soeminar bersama Komunitas Emak Blogger ini diselenggarakan di Hotel Santika Premire Semarang pada hari Sabtu 29 Juni 2024 dengan tajuk #BrokenButUnbroken. Kartika Soeminar didampingi mak Ranny Effendi dari Komunitas Emak Blogger sebagai moderator dan juga Ibu Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si seorang psikolog senior yang praktik di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang
Ibu Probowatie menjelaskan bahwa orang dengan NPD ini tidak tahu bahwa dirinya adalah NPD atau mengalami gangguan kepribadian. Beliau juga menegaskan bahwa senang foto atau narsis di media sosial dan sombong dan kapasitas yang masih bisa dimaklumi itu bukan seorang dengan NPD. Semua ada parameter yang harus diukur atau dikonsultasikan pada ahlinya. Masyarakat tidak boleh melakukan self diagnosa kemudian menghakimi orang lain/pasangannya sebagai pengidap NPD.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Ibu Probowatie bahwa biasanya NPD terjadi karena kesalahan dalam mendidik/pola asuh, pengaruh dari lingkungan masa kecil yang selalu mendapatkan pujian dan tidak pernah salah. Sebaiknya anak-anak dipuji sesuai dengan kemampuan atau prestasinya dan jika salah sebaiknya ditegur atau dinasehati.
Beberapa hal yang bisa dilakukan ketika menghadapi orang dengan ganguan NPD adalah sebagai berikut;
1. Melakukan pendekatan spiritual dengan meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental serta kesehatan jasmani dalam menghadapi orang dengan NPD.
2. Membangun batasan yang kuat atau bersikap cuek terhadap perlakun orang NPD. Meskipun terlihat cukup sulit namun bersikap cuek atau masa bodoh ini mampu menjadikan mental kita lebih sehat .
3. Membangun affirmasi positif. Katakan setiap hari kepada diri sendiri jika kita kuat, kita sehat dan kita bahagia. Sepertinya terlihat sepele namun bisa membuat kita jauh lebih kuat dan sembuh.
Ibu Probowatie di sesi akhirnya memberikan sebuah tips yang menarik yaitu melakukan journaling atau menulis. Jika Kartika Soeminar menulis buku sebagai jalan untuk menuju kesembuhan maka untuk yang tidak bisa menulis buku maka tulislah perasaan negatif ( marah, sedih, kecewa, sebal) pada sebuah kertas bekas dan ditulis kecil-kecil lalu disobek atau dibuang. Perasaan negatif akan ikut terbuang. Inilah rahasia yang dibagikan sehingga Ibu Probowatie dalam usia lanjut masih tetap aktif mengajar dan dalam keadaan sehat.
Wah wah aku jadi langsung mengingat2 sepertinya di lingkungan luarku ada orang dengan kepribadian NPD ini. Paling baik memang yang bersangkutan menyadari kalau punya gangguan ini ya sehingga bersedia untuk mengatasinya
BalasHapusPerlu keberanian dan tekat baja kalau menurut saya akan menghadapi suami yg tidak bisa berkomunikasi.
BalasHapusBiar saja sedikit harapan..hehe...
Pilih pasangan tidak boleh sembarang, karena dikhawatirkan dampaknya ingin pulang
.🙏🏻😁👏🏻
Lama juga ya bersama orang NPD, kebayang gimana membekas lukanya di hati. Btw sekarang tuh lagi marak orang ngobrol tentang NPD. Meanwhile saya jadi berpikir, jangan-jangan sayalah pelakunya. Makanya, nggak berani menjudge pasangan atau ortu sebagai NPD.
BalasHapusMeski luka yang mereka buat juga nggak kecil, huhuhu
Kalau belajar langsung ke orang yang terlibat langsung memang lebih mengena ya.. jadi salut sama mbak ini
BalasHapusAhh, aku sekarang paham...NPD bukan sekadar narsis sebatas selfie dan jumawa, tapi lebih dari itu dan dampaknya bisa kemana2 bahkan rumah tangga ya. Semangat bunda...you learn a lot from life :)
BalasHapusTopik NPD ini memang rasanya semakin sering didengar ya Kak. Pengetahuan baru yang jadi membuka mata juga. Karena kadang orang yang jadi korban NPD pun ga sadar bahwa ada bagian dari diri mereka yang di manipulasi seperti Narsum di atas.
BalasHapusSemakin banyak yang speak up masalah mental health ini membuka mata kita semua untuk aware dengan kesehatan mental diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Hal yang gak biasa dan terasa janggal, bisa jadi sign untuk mencari tahu butuh pertolongan seperti apa dan bagaimana.
BalasHapusBetul. Siapa tau dengan mengetahui gejala2 orang NPD, kita bisa bantu yang bersangkutan utk aware dengan kondisi dirinya. Walaupun sudah dibilang sama Bu Probo juga sih, biasanya orang NPD tidak akan mengakui kondisi kesehatan mentalnya yang terganggu itu.
HapusAku kalau galau, sedih, dan banyak masalah tuh suka nulis di kertas segala unek-unek dan masalahku terus kalau udah ya kubuang itu kertas-kertas tadi. Mbak Kartika 23 tahun hidup dengan pasangan NPD tuh pasti banyak luka dan kenangan pahit yang masih membekas ya.
BalasHapusNggak kebayang sih hidup 23 tahun dengan laki-laki yang punya gangguan NPD, kalo aku mungkin ga kuat. Dulu, hampir aja terjebak dengan laki2 kyk gitu, untung aja gak jadi suami
BalasHapusPerlu keberanian seluas samudra untuk mencoba melepaskan diri dari cengekeraman suami NPD selama 23 tahun, salut untuk Mbak Kartika dan pengalamannya menjadikan kita pembacanya jadi lebih mawas diri...
BalasHapusKayaknya orang2 dengan ciri2 NPD gini banyak yaaa.. hanya saja ada yang tidak sampai di level manipulatif. Hal ini menjadi PR bagi kita sebagai orangtua, seperti yang dikatakan Bu Probo, ada unsur tipe didikan di masa kecil yang mempengaruhi seseorang memiliki jiwa narsis seperti itu.
BalasHapusTidak bisa membayangkan selama 23 tahun hidup bersama pengidap NPD. Ya Allah, jika bisa sembuh, sembuhkanlah para penderita NPD itu.. Mungkin mereka pun sebenarnya tidak sadar memiliki riwayat NPD
BalasHapusIlmu baru nih. Aku baru tahu loh tentang NPD ini. Engga kebayang loh Mbak Kartika bisa tahan selama 23 thn hidup bersama suami yg NPD. Mana manipulatif pula...
BalasHapusDuh...semoga mbak Kartika bisa melalui dan sehat mental lagi...
Salut dengan mbak Kartika butuh keberanian yang luar biasa untuk keluar dari lingkaran tersebut. Saya baru tahu tentang NPD ini sekarang jadi lebih paham, ternyata ga semudah itu dikenali ya
BalasHapusKeren banget Ibu Kartika Soeminar ini, mampu bertahan dengan orang bermasalah secara mental sampai puluhan tahu, Hebatnya lagi ia mampu bangkit dan sharing pengalamannya kepada perempuan-perempuan lain
BalasHapusSalut dengan mbak Kartika yang tegar dan kuat selama 23 tahun hidup bersama suami yang NPD. Kini beliau mengedukasi masyarakat agar aware terhadap NPD.
BalasHapusMemberikan batasan seperti bersikap cuek memang ampuh, aku pernah juga ngalamin bertemu dengan orang toksik. Sebel tapi karena urusan kerja jadi ya harus menghadapi setiap hari. Untungnya ga satu ruangan, jadi bisa pasang muka cuek
BalasHapusAkhir2 ini sering denger tentang NPD lewat sosmed. Pengetahuan baru yang jadi membuka mata juga. Karena kadang orang yang jadi korban NPD pun ga sadar kalau bagian dari diri mereka sering di manipulasi. Dikasih lovebombing demi tercapainya kepengenannya
BalasHapusMbak kartika setrong bangeet. Moga banyak yg teredukasi dengan kampanyenya yaa
BalasHapusMembagikan ilmu sepanjang hayat ibu probowatie ini ya Mba Hap, masyaAllah ya bisa bergabung dengan acara ini sungguh luar biasa. Makasih reportasenya mba Hap, jadi nambah wawasan, pernah juga nemui orang NPD macem itu
BalasHapusMasyaAllah, ngak bisa bayangin jatuh bangunnya hati ibu probowati. Suami yang mungkin sifatnya salah satu dari ciri ciri NPD itu saja sudah ngelus dada. salut bu, 23 tahun.
BalasHapusSerem yaaa 23 tahun hidup sama pasangan yang NPD... sekuat itu yaa mbak Kartika. Hebatnya lagi sekarang dia makin berdiri tegak dan berani sharing pengalamannya biar makin banyak orang tahu bahaya NPD....
BalasHapuswanita kuat nih, mashaAllah, bisa lepas dari suami NPD dengan waktu yang lama loh 23 tahun, makasih pelajarannya ya mbak, penuh hikmah
BalasHapusluarbiasa 23 adalah masa yang tak singkat. aku salut dengan para perempuan seperti ini tapi sekrang beliau sudah bisa lepas dr kondisi tersebut ya.. tanpa menghadapi suami toxic. eh toxic kan ya NPD ini
BalasHapus