header hapsari adiningrum

Kampung Lali Gadget, Mari Lupakan Gadget Dan Bermain Di Alam

1 komentar

Bermain Enggrang (Sumber foto : website Kampung Lali Gadget)


Pandemi, Gadget dan  Pembelajaran online

Awal tahun 2020 lalu anak-anak dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas belajar dengan cara yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Belajar dari rumah dengan sistem pendidikan online. Pandemi covid-19 membuat segalanya berubah dengan cara yang cepat. Dari masuk sekolah setiap hari berubah belajar melalui zoom. Ada yang gagap dan ada pula yang cepat beradaptasi. Bertemu bapak dan ibu guru yang biasanya langsung di sekolah namun saat lockdown belajar lewat layar kaca. Setidaknya saat itu dalam sehari anak-anak memegang gadget selama 1-2 jam untuk mengikuti zoom dan mengerjakan tugas yang dikirim melalui WhatsApp. 

Anak-anak saya termasuk yang bisa beradaptasi dengan cepat dan mudah. Ketersediaan gadget dan WiFi di rumah membuat dapat mengikuti materi yang bapak dan ibu guru sampaikan. Hal ini membuat anak-anak memegang gadget setiap hari, padahal saat belum belajar online, anak-anak hanya saya beri kesempatan pegang gadget saat akhir pekan saja. Selalu ada saja alasan memegang benda pipih yang punya banyak manfaat itu. Selain alasan belajar online, alasan lainnya karena tidak bisa bertemu atau bermain dengan teman-teman karena diharuskan jaga jarak. Mereka bosan dan ingin nonton YouTube atau main game yang ada di gadget.  Akhirnya dengan sangat terpaksa juga, saya ijinkan anak-anak memainkan gadget setiap hari. Inilah yang membuat saya menyesal mengambil keputusan itu. Anak-anak jadi terbiasa dengan gadget. Mereka seakan-akan nggak tahu mau melakukan apa kalau tidak pegang gadget. Dari bangun tidur yang dicari ya gadget. Setelah kegiatan bersih diri, belajar, makan dan tidak ada kegiatan lainnya mereka akan berkata " aku gabut nih mah, ngapain ya. Boleh main hp nggak?. Sedih banget kalau teringat lagi masa-masa itu. 

Belajar di Alam Itu Menyenangkan 

Main air di sungai (foto pribadi)


Oiya, anak-anak saat ini menempuh pendidikan di sekolah alam di Semaramg. Sehari-hari memang terbiasa bermain di alam terbuka bahkan belajarnya juga bersama alam. Jadi, anak-anak sudah akrab dengan aktivitas seperti trekking, outbound dan berkebun. Cara belajar seperti itu sungguh menyenangkan. Saat belajar tatap muka datang pagi dan pulang siang pun mereka tetap terlihat bahagia. Mereka betah dan nyaman jika ada di sekolah. Saat belajar online, masalah barupun timbul. Duduk diam di rumah sambil mendengarkan penjelasan materi dari guru, yang terkadang disertai dengan gangguan sinyal atau gangguan teknis membuat anak-anak cepat bosan, tidak fokus  bahkan tidak menangkap materi yang diajarkan. Dapat materi pelajaran tapi nggak mengerti apa yang diajarkan. Walaupun saya menjelaskan kembali materi yang sudah didapatkan namun rasanya masih saja ada yang kurang.  Memang belajar online bisa menjadi alternatif saat pandemi namun penerapannya harus lebih banyak sosialisasi dan adaptasi.

Saat anak-anak sudah selesai belajar online, biasanya saya membawa mereka keluar ke lapangan dekat rumah. Melihat pohon, awan dan memandang lingkungan sekitar biar mereka nggak bosan ketika harus berada di rumah terus. Bermain bola, olahraga, bersepeda, jalan pagi atau sekedar bermain di taman yang ada di kompleks perumahan. Saya ingin mata mereka "istirahat" sejenak, tidak memandang layar hape terus menerus. Selain itu, agar mereka tahu jika ternyata ada banyak kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan.

Sesekali saya mengajak anak-anak bermain-main di sungai yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Waktu itu kolam renang yang jadi langganan kami renang tutup selama lockdown. Bermain-main di alam yang ada di sekitar kami begini menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan. Ketika saya tidak mengijinkan anak-anak memegang gadget maka di saat itu juga saat harus meluangkan waktu untuk menemani mereka bermain. Memang harus demikian konsekuensinya. Ketika saya menyuruh anak-anak melakukan kegiatan di dalam atau di luar rumah tanpa gadget sedangkan saya asyik dengan gadget maka mereka akan protes. 

Dari segala permainan sederhana seperti engklek, sepak bola, lompat tali, bersepeda, bentengan, petak umpet sudah kami lakukan. Mewarnai, membuat hiasan dari daun kering sampai membuat senapan dari pelepah pisang juga pernah kamu lakukan. Saya masih ingat betul saat saya masih kecil, saat itu tahun 90-an dimana saya dan saudara serta teman-teman sebaya memainkan permainan tradisional. Rasanya kita tumbuh menjadi generasi yang paling bahagia bisa merasakan permainan tradisional. Saya pun ingin anak-anak juga merasakan hal yang sama. Walaupun saat itu kami bermain hanya dengan 4 orang saja ( saya dan ketiga anak-anak) namun rasanya tetap seru. 

Bermain dari pelepah pisang (foto pribadi)


Kampung Lali Gadget, Lupa gadget dengan cara bersenang-senang.

Namun lama-lama saya kehabisan ide, mau main apalagi ini. Rasanya permainan tradisional sudah saya mainkan bersama anak-anak. Membuka YouTube untuk mencari ide permainan membawa saya menemukan sebuah channel yang sangat menarik perhatian. Ada berbagai macam video yang sudah diunggah, memperlihatkan anak-anak bermain permainan tradisional. Anak-anak tertawa bahagia dengan wajah-wajah polos mereka sedang memainkan cublak-cublak suweng,Enggrang, gangsing, jamuran dan menangkap ikan di kolam. 

Dengan meneriakkan yel-yel dolanan ..tanpa gadget..dolanan..tanpa gadget...dolanan...tanpa gadget mereka bersemangat bermain dan mengasah ketrampilan. Ternyata channel ini milik Kampung Lali Gadget. Wah menarik sekali nama channel-nya. 

Kampung Lali Gadget berdiri pada bulan April 2018. Dijelaskan oleh Achmad Irfandi yang merupakan penggagas Kampung Lali Gadget, bahwa awalnya Irfan merasakan kegelisahan karena mulai punahnya beberapa permainan tradisional yang sudah tidak dimainkan lagi dan anak-anak sekarang lebih suka main gadget. Irfan mengatakan lebih lanjut bahwa anak-anak tentu saja bukanlah pihak yang salah jika tidak mengenal permainan tradisional karena orang-orang dewasalah yang tidak mengenalkannya pada anak-anak. Semua ini tentu saja harus disikapi dengan cara yang bijaksana dan diupayan sama-sama untuk membangkitkan lagi permainan tradisional. 

Kampung Lali Gadget mempunya program yang ditujukan untuk anak-anak. Karena anak-anak memiliki jiwa yang masih polos dan mereka nantilah yang akan mewarisi segala kekayaan budaya milik Indonesia. Selain itu sebagai manusia yang terus tumbuh beriringan dengan kemajuan teknologi maka tentu saja keduanya tidak dapat dipisahkan. Teknologi mempunya banyak dampak positif bagi manusia, seperti juga saat belajar online ditengah situasi lockdown karena pandemi covid-19. Namun teknologi juga memiliki sisi negatif.  Di tengah gempuran permainan online dan asyiknya menatap layar hape yang bikin anak-anak kecanduan, Irfan ingin anak-anak bisa "healing" atau bebas dari kecanduan gadget.  

Bermain bersama alam memang sangat menyenangkan. Sebenarnya ada banyak sekali permainan tanpa kita perlu membeli mainan. Ada banyak permintaan yang kita mainkan tanpa menyentuh gadget, diantaranya ada permainan dari rumput, barang bekas, bermain di air dan di tanah. Alam telah menyediakan tempat dan sarana untuk kita belajar, mengenal lingkungan dan berpikir kritis. Bermain di alam juga membuat anak-anak tidak akan jijik lagi ketika mereka bermain pasir atau tanah. 

Awal Berdiri Kampung Lali Gadget 

Pada mulanya Kampung Lali Gadget merupakan tempat kegiatan literasi, menggambar, mendongeng, bermain permainan tradisional dan mewarnai. Irfan dan beberapa pemuda di Wonoayu mengundang anak-anak dari sekolah untuk datang dan bermain bersama. Idenya mendapatkan sambutan hangat dan setiap kali mengadakan kegiatan, peserta yang datang berjumlah puluhan dan meningkat setiap diadakan kegiatan berikutnya hingga mencapai angka 475 anak. 

Pemuda yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo ini mulai resmi mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget pada tahun 2020.  Berlokasi di Dusun Bendet 02/03 Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, kampung Lali Gadget tidak hanya mengajak anak-anak di daerah Sidoarjo saja untuk bermain permainan tradisional, namun juga anak-anak dari Malang, Mojokerto, Bojonegoro dan sekitarnya ikut datang untuk bermain bersama. 

Program Kampung Lali Gadget

Bermain lumpur (Sumber foto : website Kampung Lali Gadget)


Kampung Lali Gadget memiliki program-program sebagai berikut ;

-Layanan Kampung Lali Gadget

Sejak tahun 2028 Kampung Lali Gadget memberikan layanan sosial terutama di bidang pendidikan non formal untuk masyarakat sekitar. Pendidikan yang didapat dari belajar secara menyenangkan akan mempunyai manfaat jauh lebih besar pada mental dan fisik anak-anak. Kampung Lali Gadget mempunyai kurikulum belajar agar anak-anak mempunyai karakter mencintai tanah air dan budaya, santun, ceria dan kreatif. 

-Beasiswa Bermain

Kampung Lali Gadget memberikan beasiswa secara gratis kepada anak-anak di sekitar Kampung Lali Gadget maupun dalam skala yang lebih luas. Bermain dan belajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bermain juga dapat menumbuhkan pendidikan karakter pada anak-anak.

-Layanan Mingguan

Setiap hari Minggu Kampung Lali Gadget memberikan layanan yang berisi permainan maupun workshop. Workshop yang diberikan adalah membuat permainan dari bahan alam. Untuk permainan yang diberikan setiap minggunya berupa main buah, main biji, main warna, main lumpur, main batu dan sebagainya. 

-Paket Bermain Karakter

Paket bermain yang diberikan kepada anak-anak secara terstruktur dan berkarakter.  Pilihan paket ini biasanya untuk privat maupun komunitas yang ingi melatih kepemimpinan, outdoor learning, pengenalan budaya, terapi kecanduan gadget dan lain sebaginya. 

-Event Kreatif 

Kampung Lali Gadget juga menyelenggarakan kegiatan atraktif dan menarik seperti gathering untuk perusahaan, fun outing, outbound dan lain sebagainya baik untuk komunitas, institusi maupun perusahaan. 

- Konsultasi dan Asistensi

Kampung Lali Gadget memberikan pendampingan pada pengembang program dan sarana bermain seperti di desa ataupun komunitas penggerak. Harapannya akan semakin banyak penggerak-penggerak baru dari berbagai kalangan. 

- Elingpiade dan Bermain Kolosal

Salah satu program keren yang dilakukan Kampung Lali Gadget dimana Kampung Lali Gadget berkolaborasi dengan Lingkar Inspirasi Dolanan Indonesia, ISI Foundation dan banyak lagi yang lainnya. Kegiatan ini melibatkan anak-anak secara kolosal untuk berbagai peringatan misalnya Hari Anak Nasional maupun event lainnya. 

Gagasan Irfan dan kerja keras pemuda di Kampung Lali Gadget memang sangat menginspirasi berbagai kalangan terutama para orang tua. Ada banyak permainan tanpa perlu beli kuota. Ada banyak permainan yang telah disediakan alam untuk anak-anak bersenang-senang. Dan yang tak kalah penting adalah permainan tradisional dan permainan dari alam ini mampu menumbuhkan karakter anak yang sopan, ramah, bertanggungjawab serta berbagai karakter baik lainnya. Pandemi covid telah mengajarkan bahwa teknologi dapat menjadi solusi pendidikan namun pendidikan berkarakter dengan yang didapat dari permainan tradisional dan bermain dengan alam dapat menjadi pondasi kokoh untuk generasi bangsa Indonesia. Kampung Lali Gadget menjadi inovasi sosial budaya untuk Indonesia bangkit dan menjadikan anak-anak lebih kuat menghadapi tantangan zaman di masa depan. 

 Sukses untuk Kampung Lali Gadget. 

Sumber Bacaan 

-Website anugerah pewarta astra

- Website Kampung Lali Gadget






Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

  1. asik banget bisa main di lumpur :D jadi pengen ajak ponakan aku

    BalasHapus

Posting Komentar