Menjadi Ibu Tunggal
Tahun 2016 saya menjalani kehidupan baru sebagai seorang ibu
tunggal. Suami tercinta meninggal di bulan Februari disebabkan kena serangan
jantung. Saya harus belajar mandiri. Mengasuh anak sendiri, mengurus rumah
sendiri dan kemana-mana sendiri karena sudah nggak ada lagi yang bisa
mengantar. Bukan hal yang mudah karena
kepergiannya sungguh mendadak. Begitulah kematian datang menyapa, tanpa
permisi, yang ditinggalkan belum menyatakan kesiapan. Saya harus belajar banyak
hal, termasuk ketika untuk keluar rumah Bersama anak-anak termasuk dengan si
bungsu yang saat itu masih berumur 1,5 tahun.
Sekitar 2 bulan sebelum hari raya Idul Fitri di tahun 2016
saya mulai menyusun rencana agar nanti bisa pulang ke Solo dengan mengendarai
mobil sendiri. Padahal waktu itu belum bisa nyetir mobil. Jangankan nyetir,
manasin mobil saja belum berani. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya
kursus stir mobil. Saya ambil kursus di UKI, saat itu buka cabang baru di dekat
rumah. Tentang memilih tempat kursus stir mobil saya pernah menuliskannya di sini.
Kursus Stir Mobil
Saya ambil paket 300 ribu rupiah untuk 5 kali pertemuan,
setiap pertemuan belajar mengemudi selama1 jam. Jadi setelah lima jam saya
dinyatakan lulus. Lalu saya mengambil paket tambahan untuk melancarkan
kemampuan mengemudi selama 5 jam. Jadi
total selama 10 jam kursus stir membuat saya dengan rasa percaya diri mengemudikan
mobil sendiri ke luar kota. Ini benar-benar permata pengalamanku yang nggak akan bisa
dilupakan.
Buat teman-teman, khususnya ibu-ibu yang ingin belajar stir mobil, saya ada beberapa tips biar lancar mengemudikan kendaraan roda empat ;
1. Niat Kuat
Niat memang jadi alas an kita untuk
melakukan suatu. Niat saya waktu itu, harus bisa stir mobil sendiri karena
sebagai single mom yang harus kemana-mana dengan membawa anak bertiga. Beberapa
teman perempuan mengemukakan niat berbeda. Ada yang saying atau eman-eman ada
mobil nganggur di garasi, ada yang biar bisa kemana-mana tanpa harus tergantung
pada suami atau biar bisa mandiri. Apapun niat ingin kursus stir mobil, niat
kuat untuk bisa ya.
2. Hilangkan kecemasan, keraguan dan ketakutan.
a
S Saat punya mobil pertama kalinya,
tahun 2011, suami pernah menawarkan apa saya mau belajar stir mobil. Saya jawab
nggak perlu. Sebenarnya alasan agar bisa bermanja-manja dan biar bisa diantar
kemana-mana hanya alasan kesekian. Saya takut menabrak orang. Jauhkan
pikiran-pikiran buruk tentang kecelakaan, menabrak orang atau kendaraan lain
atau hal buruk lainnya. Saya saat mendaftarkan diri untuk kursus justru tidak
pernah mempunyai pikiran buruk. Yang saya pikirkan adalah bisa mengemudikan
mobil, asiknya traveling berempat Bersama anak-anak dan hal-hal indah yang
lainnya.
3. 3. Jam terbang.
Pengalaman mengemudi di jalan raya akan
menambah kelancaran dan mengasah ketrampilan. Jangan ragu-ragu untuk menjajal
kemampuan mengemudi di tanjakkan, macet saat di tanjakkan, masuk ke jalan tol
dan parkir. Semuanya merupakan tantangan seru, yang bikin deg-degan dan
keringetan. Saya pernah menjajal sendiri tanpa instruktur menghentikan mobil di
tanjakkan dan hasilnya mobil melorot beberapa meter. Untungnya saat itu jalanan
sepi . Fiuuuhhh, rasanya benar-benar mendebarkan. Jam terbang tinggi juga membuat
pengemudi semakin mengenal kendaraannya.
Penumpang, menurut saya juga sangat mempengaruhi konsentrasi
dan mood driver. Saat kursus stir, anak-anak masih berusia 8, 5 dan si bungsu hamper
berumur 2 tahun. Heboh pastinya. Sedikit tips dari saya adalah usahakan agar
penumpang tenang dan mengerti tentang kondisi sopir yang butuh ketenangan dan
konsentrasi, Anak-anak waktu itu saya kondisikan dengan sudah kenyang dan
semuanya sehat serta happy. Alhamdulillah perjalanan-perjalanan Bersama anak-anak
berjalan dengan lancar.
Traveling pertama dengan mengemudikan mobil sendiri memang
mendebarkan dan berkesan. Sayangnya waktu itu tidak banyak foto-foto yang bisa
diabadikan. Nggak lupa saya pernah upload dan update status saat pertama kali
ke Solo dan melalui jalan tol. Insya Allah, di lain waktu pengalaman ini
berulang kembali. Aamiin.
Alhamdulillah akhirnya bisa menyetir mobil sendiri ya mbak. Menyetir mobil memang masih jarang aku lihat kalo yang perempuan, masih bisa dihitung jari. Tetangga saya juga yang menyetir mobil suaminya terus.
BalasHapusBelajar nyetir memang deg degan, tapi kalo niat kuat insya Allah bisa.😊