header hapsari adiningrum

Writing Is Healing, Menulis Menyembuhkan Dan Menguatkanku


Wanita Kuat Itu... 


"Mbak Hapsari itu kuat. Wanita yang tegar" begitu kalimat yang sering aku dengar, diucapkak oleh teman atau tetangga. Mereka menganggapku kuat karena masih terlihat baik-baik saja sejak meninggalnya suami 4 tahun yang lalu. Selain itu, aku juga memiliki putra berkebutuhan khusus. Selama 12 tahun umurnya, aku menjadi caregiver bagi anak pertamaku yang autis.

Sebenarnya, aku nggak sekuat itu. Aku nggak setegar yang terlihat oleh teman-teman atau tetangga. Aku sebenarnya juga terluka, sedih, rapuh dan ambyarrr. Tahun-tahun pertama menjadi ibu tunggal, aku telah menghabiskan waktu selama berminggu-minggu konseling dengan seorang sahabat yang berprofesi sebagai coach dan konselor keluarga. Aku juga banyak mengikuti kelas-kelas yang bermanfaat untuk menyembuhkan diri. Salah satunya adalah writing to healing.

Menurut aku, wanita kuat bukanlah yang tak pernah menangis dan bersedih. Wanita kuat bukanlah yang bisa menanggung semua ujian sendirian. Wanita kuat adalah yang setelah menangis dia berusaha untuk tetap tersenyum dan melangkah... 

Writing is healing 


Menulis bisa menyembuhkan luka. Barangkali sebagian teman-teman sudah mengetahuinya dan sebagian lagi belum tahu. Menulis, sesuatu yang barangkali terlihat sepele ternyata memiliki manfaat besar, bisa menyembuhkan luka di masa lalu ataupun trauma dan juga perasaan galau. 

Dengan menulis, kelas yang saya ikuti wakti itu menulis tangan maka kita bisa menyalurkan hal-hal yang dirasakan dalam bentuk tulisan melalui bolpoint dan kertas. Jika setelah menulis sesuatu yang membuat kita sedih, malu atau marah dan tak ingin diketahui orang lain maka bisa disobek dan dibuang. Jika dirasakan nanti ingin dibaca lagi maka bisa menuliskan di buku. Oiya, menulis diary juga bermanfaat banget lho untuk meluapkan perasaan-perasaaan. Biar nggak terpedam dan jadi bom waktu. 

Writing is healing sudah aku rasakan manfaatnya. Aku memang tak menunjukkan kesedihan dan rasa sakit dihadapan teman-teman di lingkungan sekitar ataupun melalui  akun media sosial. Aku meluapkan semuanya melalui tulisan. Pernah saat menulis, dada menjadi sesak, tangisan pecah, kertas juga berlubang karena saat menulis aku menekan begitu kuat,dan saat itu juga mentor kelas menulis meminta untuk berhenti menulis. Sampai seperti itu efek yang aku rasakan saat menuliskan perasaan-perasaan yang aku rasakan. 

Menulis dapat menyembuhkan luka memang benar adanya. Aku dan beberapa ibu tunggal lainnya pernah tergabung dalam sebuah komunitas dan kami berniat membukukan cerita-cerita kami. Ada yang menjadi janda karena suaminya meninggal dan ada juga yang karena perceraian. Semuanya memiliki kisah sendiri-sendiri dan perjuangan masing-masing. Semuanya hebat dan kuat dengan takdirnya masing-masing. 

 Self Healing


Menulis sebagai self healing juga membantuku lebih jernih dalam berpikir dan mengambil keputusan. Dengan menulis, memaksa otak untuk mengingat kejadian yang telah lampau dan juga memaksa berpikir. Biasanya dengan menulis justru pandangan jadi lebih jernih dan bisa menyelesaikan masalah dengan lebih bijak. 

Inilah pengalamanku menyembuhkan luka dengan menulis. Apakah teman-teman juga punya pengalaman sama atau self healing dengan cara berbeda? Ceritain yuk...
Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

There is no other posts in this category.

18 komentar

  1. Aku mengenal banyak single mother, dan menurutku semuanya luar biasa dengan berbagai cobaannya. Stay strong mbak, terima kasih sudah menginspirasi

    BalasHapus
  2. Big hug for you mb Hapsari. Allah tidak pernah memberikan ujian diluar batas kemampuan seorang hambaNya.
    Sama menulis juga salah satu metode self healing bagi saya

    BalasHapus
  3. Setuju mbak. Tapi aku terkadang nggak dipublish kalau terlalu pribadi hehehe, dulu sih punya diary sampai SMA apa ya

    BalasHapus
  4. Kadaang ada beberapa tulisan yang udah di draft tapi ga aku publish krn rasanya kok terlalu pribadi dan lebih nyaman kubaca2 sendiri.. .Aku setuju bgt,.menulis itu sgt melegakan

    BalasHapus
  5. Yup, aku setuju banget mbak menulis itu melegakan. Selalu menyempatkan diri untuk nulis meskipun cuma beberapa kalimat aja. Semangattt mbak ya, semoga selalu dikuatkan pundaknya :)

    BalasHapus
  6. Setuju Mbak..aku juga sering menuliskan sesuatu yang sekiranya tidak mampu tersampaikan lewat lisan agar hati dan pikiran lega...

    BalasHapus
  7. Setuju Mbak Hap, menulis bisa untuk terapi menyembuhkan luka batin. Saya juga pernah secara tak sadar melakukan.

    Ketika lagi nggak nyaman dan merasa tersakiti, saya menulis mengungkapkan isi hati dalam tulisan, kemudian menangis dan setelah itu merasa lega, plong, ringan kembali.

    Semoga Mbak Hap bersama anak-anak selalu dalam lindungan Allah, dan insya Allah Mbak Hap berhasil mengantarkan anak-anak menjadi manusia sukses di masa depan aamiin.

    BalasHapus
  8. Iya mb hap tu tegar ya..mungkin aku g bs setegar itu dlm posisi mb hap. Iya benar menulis bs jd self healing ya..bikin plong jg

    BalasHapus
  9. Betul banget mba.. menulis bagiku sangaaaat melegakan. Stay strong,mba Hapsari. Putra-putrimu sangat beruntung memiliki ibu sepertimu..

    BalasHapus
  10. Setuju banget mbak banyak kasus sudah membuktikan kalo writing is definetely healing. Aku juha salah satu yg sudah membuktikan

    BalasHapus
  11. mba hapsari ibu yang sanagt hebat, sy setuju perasaan itu jangan ditahan menangis ketika memnag ingin menangis itu tidak apa2. semangat selalu utnuk mba hapsari dn keluarga :)

    BalasHapus
  12. Peluuuk Mba Hap, menulis curhatan memang melegakan ya, rasanya beban di hati terangkat, dibandingkan curhat ke orang lain ada perasaan khawatir bocor..

    BalasHapus
  13. Setuju dengan tetangga dan teman dekat mba Hapsari, dirimu memang tangguh. Semoga menjadi ibu yang penuh kasih sayang, peluuuk mba Hap

    BalasHapus
  14. Jadi pengin peluk Mb Hapsari nih. Sungguh ibu yang tangguh, yang meskipun awalnya tetap butuh untuk menumpahkan tangis, tapi Mb Hapsari lalu bangkit dan menjadi tegar kembali. Alhamdulillah ya mba, dengan menulis segala beban jadi tercurahkan dan hati bisa agak ringan gitu.

    BalasHapus
  15. Mbak Hapsari banyak banget lo berubahnya. Semakin tangguh dan semakin Joss. Aku belajar beberapa metode self healing, tapi yang Paling cocok ya writing for self healing. Rasanya lebih ngena Aja..

    BalasHapus
  16. mbak hapsari peluk hangat dariku mbak, stay strong ya mbak. setuju banget sam tulisannya, kalo bagiku "menulis adalah caraku menua dengan sehat" caption pernah kutuangkan dalam salah satu tulisan medsosku. dan benar ternyata mbak. menulis punya sugesti baik utk kita sendiri.

    BalasHapus
  17. Betul bgt. Menulis adalah self healing yg ampuh utk buang sampah dihati. Keep writing mbak spy ga ada yg ngganjel dan ga bikin stres

    BalasHapus
  18. Can’t agree more mbak bagiku menuois juga merupkan healing therapy tersendiri, dengan tulisan kita bisa mengalirkan energi energi negatif dari dalam dirii

    BalasHapus

Posting Komentar