Pintu tetangga depan rumahku,
sudah beberapa hari ini tertutup rapat. Sudah empat minggu tepatnya, hanya
sesekali terbuka dengan kedatangan pemiliknya, itupun tak sampai setengah jam.
Aku merasa sangat merasakan perbedaan suasana. Jika setiap hari pagi aku bisa
mendengarkan sapaan ramah ibu tetangga saat akan mengantarkan putra putrinya
berangkat sekolah, sekarang tidak pernah lagi. Putra bungsu kesayangannya sudah
hampir empat minggu ini terbaring di rumah sakit. Berawal dari demam, yang
kemudian mengakibatkan kejang dan mengenai syaraf putranya.
Aku turut merasakan duka mereka,
atas sakit yang menimpa putra mereka yang juga seumuran dengan anak pertamaku. Bagiku,
tetangga depan rumah bukan hanya sekedar orang asing yang kebetulan tempat
tinggalnya berdekatan dengan rumahku. Bagiku, mereka seperti saudara dekat.
Masih teringat jelas dalam ingatanku tentang kebaikkan, kepedulian dan
perhatian mereka saat almarhum suami meninggal. Aku pikir saat itu, wajar saja
karena itu bentuk kewajiban untuk saling menolong saat yang lainnya tertimpa
musibah. Waktu berjalan, dan tak sedikitpun kebaikkan dan kepedulian mereka
berkurang.
Tak terhitung lagi jumlahnya apa
saja yang pernah mereka berikan untukku dan anak-anakku. Jika membuat jus jambu
merah selalu saja anak-anakku juga mendapatkan bagiannya. Masakkan sehari-hari
juga tak jarang mereka hantarkan untukku. Dari sop ayam, mihun, botok telur
asin, garang asem dan tahu bacem yang menjadi kesukaaan neneknya anak-anak. Yang
aku ingat, saat anakku mendapatkan sebuah jajanan dari putranya, aku merasakan
mataku memanas dan terharu. Mungkin ini yang disebut ketulusan. Apa yang dari
hati akan sampai ke hati.
Jika aku mempunyai hajat seperti
pengajian dan tasyakuran khitan putraku yang pertama, ibu tetangga depan rumah,
yang menjadi andalanku. Usaha katering rumahannya memang belum setenar usaha
katering yang lainnya, namun aku sudah cocok dengan masakkan beliau. Maka beliau
hanya menghitung bahan-bahan yang dibeli saja. Untuk tenaga yang telah
dikerahkannya, free alias gratis. Berulang kali aku memohon untuk menyamakan
dengan harga yang sama jika orang lain yang memesan, tapi beliau selalu menolak
dan hanya mau menerima uang yang sudah dibelanjakan saja untuk membeli
bahan-bahan masakan. Barangkali ini adalah cara sedekah beliau untukku. Bahkan saat
putra kesayangannya sedang terbaring sakit di rumah sakit, tetangga depan rumah
masih saja memberikan apa yang mereka miliki untuk anak-anakku.
Sungguh, mempunyai tetangga
seperti beliau adalah berkah untukku. Kita dapat memilih teman, namun tak dapat
memilih tetangga. Tetangga adalah saudara yang paling dekat juga sudah aku
rasakan walaupun kami terhitung baru 3 tahun ini tinggal di perumahan yang
sama. Dalam sebuah hadis disebutkan “ Barangsiapa yang beriman kepada hari
akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya”. Sungguh tetangga bukan sekedar
orang lain di sekitar kita, namun orang yang kita muliakan. Dalam ajaran
Rasulullah juga disampaikan jika sedang membuat masakkan hendaknya menambah
kuahnya untuk dibagikan kepada tetangga sekitar.
Pintu tetangga depan rumah sudah
beberapa hari tertutup rapat. Aku berdoa dan berharap pintu itu akan segera
terbuka kembali. Keempat anggota keluarga berkumpul kembali dalam keadaan sehat
dan tak kekurangan sesuatu apapun. Keceriaan, keramahan dan kebaikkan mereka
akan segera kembali hadir di tengah-tengah lingkunganku berada. Aamiin...
#odopokt18
#30dwcjilid9
#day10
#squad5
Posting Komentar
Posting Komentar