header hapsari adiningrum

Sudah Nulis Buku, Lalu Apa?

1 komentar


Pertama-tama yang aku rasakan ketika buku antalogi keduaku rampung dan diterbitkan adalah penuh rasa syukur, haru dan bangga atas pencapaian prestasi ini. Walaupun buku antalogi ada buku yang ditulis oleh beberapa penulis sekaligus dalam satu buku ternyata bukan hal yang mudah untuk bisa selesai dan menjadi sebuah karya. Para penulis pastinya mempunyai kesibukkan sendiri-sendiri yang terkadang bagi kami sulit untuk mengkoordinasikan waktu dan jadwal diskusi mengenai isi dan tulisan kami. Namun karena kami semua mempunyai target yang sama, maka semua diharapkan untuk dapat bekerjasama dan menyelesaikan buku ini.

Aku jadi teringat dengan pengalaman menulis buku solo perdanaku pada tahun 2014 yang lalu. Jika menulis buku sendiri, tentunya hanya perlu koordinasi dengan banyak orang. Aku hanya butuh mendisiplinkan diri untuk menulis dan menyelesaikan bukuku. Aku harus kejar target untuk menyerahkan naskah sebelum deadline yang ditetapkan oleh penerbit. Saat itu aku harus bekerja keras, terkadang mengetik naskah sampai jam 3 pagi. Setelah naskah diterima oleh tim redaksi, aku juga masih harus merivisi naskahku. Memang butuh perjuangan untuk menulis dan menghasilkan buku. Namun semua lelah itu akan terbayar lunas setelah buku terbit. Bangga!.

Setelah buku terbit, apakah sebagai penulis, tugas kita telah selesai. Tentu tidak!. Penulis juga masih punya tugas untuk mempromosikan bukunya. Jika tidak dipromosikan, maka siapa yang akan tahu kemudian mencari dan membaca buku kita. Bahasa sederhananya penulis juga harus bisa menjual bukunya sendiri. Mempromosikan buku bisa dengan banyak cara yaitu dengan cara terang dan jelas mengatakan “aku jualan buku ini lho, yuk dibeli” atau yang dinamakan dengan hard selling. Cara semacam ini ada beberapa yang masih menerapkannya dan pada beberapa orang sudah mulai ditinggalkan berganti dengan cara promosi yang halus dan tidak terlihat seperti orang yang sedang jualan. 

Cara penjualan yang bagaimana sih yang halus dan tidak terlihat seperti orang jualan, cara seperti ini disebut copy writing atau soft selling. Jika teman-teman mengamati hiruk pikuk di sosial media saat ini, sekarang banyak pelaku bisnis online shop yang saat mempromosikan produknya memakai kata-kata yang lebih menarik dan tidak langsung menawarkan produk, padahal sebenarnya mereka juga jualan produk. Ini ilmu baru yang sangat menarik dan wajib bagi penulis untuk bisa mempraktikannya. Termasuk aku yang ingin belajar lebih lanjut tentang teknik jualan soft selling atau copy writing ini.

Semoga bermanfaat

#odopokt28
#30dwcjilid9
#day20
#squad5
Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

  1. Pingin nih belajar copywriting. Tetap semangat menulis ya, mbak. Salam kenal ^^

    BalasHapus

Posting Komentar