“Mbak nikah lagi saja ya, masih
muda kok” seorang teman menyarankan hal tersebut ketika aku bertemu dengannya beberapa bulan
yang lalu. Kami sedang dalam perjalanan yang sama. Aku tersenyum tipis dan
mengangguk lalu menjawab singkat “ Jika masih ada jodoh”. Lalu teman perjalananku
yang duduk di kursi sopir menjawab “ Jodoh tentu saja masih ada, jika kita mau
membuka diri” katanya singkat sambil menatap kedepan agar tetap fokus
mengendarai mobilnya. Jodoh dan membuka diri, tentu saja bukan hal yang mudah
bagi orang tua tunggal seperti diriku. Perkataannya terdengar sangat mudah
namun seperti juga belajar mengikhlaskan kehilangan, menerima seseorang dalam
kehidupan kita butuh keyakinan dan kekuatan.
Setelah masa iddah selesai,
seorang perempuan yang berpisah dengan suaminya sudah boleh menikah lagi.
Berpisah karena maut yang memisahkan atau karena perceraian. Masa iddah atau masa menunggu ini sekitar 4
bulan 10 hari. Saat suami meninggal, seorang istri diperbolehkan dalam masa
berduka atau berkabung lebih banyak daripada saat dia kehilangan anak atau
oramg tua. Jika kerabat meninggal, wanita diperbolehkan bersedih maksimal
selama tiga hari. Namun jika suami yang meninggal, diperbolehkan berkabung
selama 4 bulan. Selama masa berkabung itu, tidak diperbolehkan bersolek. Tentu
saja masih boleh jika ingin membersihkan diri sekedar mandi dan menyisir
rambut, namun tidak dandan berlebihan. Hal ini untuk menghormati
kebaikkan-kebaikkan suami yang telah meninggal dunia.
Tentang jodoh dan membuka diri,
aku melihat wanita yang bercerai terlihat lebih lama untuk bisa menerima
kehadiran laki-laki lain dihidupnya. Beberapa hari yang lalu, aku sempat
berbincang akrab dengan ibu tunggal yang telah hampir 20 tahun, hidup sendiri membesarkan seorang putra. Perjuangannya sangat panjang
dan berliku. Ketika aku menanyakan kenapa tidak menikah lagi, beliau menjawab
karena rasa trauma diperlakukan buruk oleh mantan suami. Selain rasa trauma aku
bisa melihat setidaknya masih ada sedikit rasa cinta di hatinya. Mungkinkah
masih berharap, mantan suami akan kembali dan cinta mereka bersemi lagi?.
Aku juga dipertemukan seorang
perempuan, kami satu buku di buku antalaogi terbaruku dengan judul “Rainbow-The
Miracalous stories of single moms”, yang menjalani hidup sebagai ibu tunggal
selama 15 tahun. Suami seorang pilot yang meninggal saat tugas. Hidupnya
didedikasikan untuk mendidik dan membesarkan buah hati, sebagai amanah dari
almarhum suami tercinta. Jika ada waktu dan berjodoh dengan beliau ingin
rasanya bertatap muka dan belajar dari guru kehidupan tentang arti ketegaran
dan keikhlasan.
Aku menyandang status sebagai ibu
tunggal baru sekitar 20 bulan. Tentu saja masih seumur jagung jika dibandingkan
dengan kedua perempuan hebat tersebut. Sepanjang 20 bulan perjalanan itu, aku
menemukan banyak hal bahwa jodoh akan datang bukan sekedar saat aku mau membuka
diri atau tak ada jodoh ketika aku justru menutup diri. Bukan seperti itu prinsipnya.
Sejatinya cinta adalah fitrah yang datangnya dari Sang Maha Cinta. Ketika cinta
itu datang, bahkan ketika hati tertutup maka tak ada yang mampu menghalanginya, tetap saja masuk memenuhi rongga hati. Walaupun, misalnya saat ini keduanya berasal dari ujung dunia yang berbeda. Yang paling utama
adalah terjaga fitrahnya dengan tetap menjaga kesuciannya. Ada jalur yang sudah dituliskan tentang bagaimana cinta itu tetap terjaga fitrahnya. Bukan hal yang
mustahil bagi Allah Subhanahu Waa Taala, yang mampu menggerakkan gunung-gunung
perkasa, dan tentu saja sangat mungkin bagiNya menggerakkan hati laki-laki
untuk menjadikan jodoh bagi ibu dengan tiga buah hati ini. aamiin J
#odopokt20
#30dwcjilid9
#day8
#squad5
Posting Komentar
Posting Komentar