header hapsari adiningrum

Jodoh Untukmu





“Mbak nikah lagi saja ya, masih muda kok” seorang teman menyarankan hal tersebut ketika aku bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu.  Kami sedang dalam perjalanan yang sama. Aku tersenyum tipis dan mengangguk lalu menjawab singkat “ Jika masih ada jodoh”. Lalu teman perjalananku yang duduk di kursi sopir menjawab “ Jodoh tentu saja masih ada, jika kita mau membuka diri” katanya singkat sambil menatap kedepan agar tetap fokus mengendarai mobilnya. Jodoh dan membuka diri, tentu saja bukan hal yang mudah bagi orang tua tunggal seperti diriku. Perkataannya terdengar sangat mudah namun seperti juga belajar mengikhlaskan kehilangan, menerima seseorang dalam kehidupan kita butuh keyakinan dan kekuatan.

Setelah masa iddah selesai, seorang perempuan yang berpisah dengan suaminya sudah boleh menikah lagi. Berpisah karena maut yang memisahkan atau karena perceraian.  Masa iddah atau masa menunggu ini sekitar 4 bulan 10 hari. Saat suami meninggal, seorang istri diperbolehkan dalam masa berduka atau berkabung lebih banyak daripada saat dia kehilangan anak atau oramg tua. Jika kerabat meninggal, wanita diperbolehkan bersedih maksimal selama tiga hari. Namun jika suami yang meninggal, diperbolehkan berkabung selama 4 bulan. Selama masa berkabung itu, tidak diperbolehkan bersolek. Tentu saja masih boleh jika ingin membersihkan diri sekedar mandi dan menyisir rambut, namun tidak dandan berlebihan. Hal ini untuk menghormati kebaikkan-kebaikkan suami yang telah meninggal dunia.

Tentang jodoh dan membuka diri, aku melihat wanita yang bercerai terlihat lebih lama untuk bisa menerima kehadiran laki-laki lain dihidupnya. Beberapa hari yang lalu, aku sempat berbincang akrab dengan ibu tunggal yang telah hampir 20 tahun, hidup sendiri membesarkan seorang putra. Perjuangannya sangat panjang dan berliku. Ketika aku menanyakan kenapa tidak menikah lagi, beliau menjawab karena rasa trauma diperlakukan buruk oleh mantan suami. Selain rasa trauma aku bisa melihat setidaknya masih ada sedikit rasa cinta di hatinya. Mungkinkah masih berharap, mantan suami akan kembali dan cinta mereka bersemi lagi?.

Aku juga dipertemukan seorang perempuan, kami satu buku di buku antalaogi terbaruku dengan judul “Rainbow-The Miracalous stories of single moms”, yang menjalani hidup sebagai ibu tunggal selama 15 tahun. Suami seorang pilot yang meninggal saat tugas. Hidupnya didedikasikan untuk mendidik dan membesarkan buah hati, sebagai amanah dari almarhum suami tercinta. Jika ada waktu dan berjodoh dengan beliau ingin rasanya bertatap muka dan belajar dari guru kehidupan tentang arti ketegaran dan keikhlasan.

Aku menyandang status sebagai ibu tunggal baru sekitar 20 bulan. Tentu saja masih seumur jagung jika dibandingkan dengan kedua perempuan hebat tersebut. Sepanjang 20 bulan perjalanan itu, aku menemukan banyak hal bahwa jodoh akan datang bukan sekedar saat aku mau membuka diri atau tak ada jodoh ketika aku justru menutup diri. Bukan seperti itu prinsipnya. Sejatinya cinta adalah fitrah yang datangnya dari Sang Maha Cinta. Ketika cinta itu datang, bahkan ketika hati tertutup maka tak ada yang mampu menghalanginya, tetap saja masuk memenuhi rongga hati. Walaupun, misalnya saat ini keduanya berasal dari ujung dunia yang berbeda. Yang paling utama adalah terjaga fitrahnya dengan tetap menjaga kesuciannya. Ada jalur yang sudah dituliskan tentang bagaimana cinta itu tetap terjaga fitrahnya. Bukan hal yang mustahil bagi Allah Subhanahu Waa Taala, yang mampu menggerakkan gunung-gunung perkasa, dan tentu saja sangat mungkin bagiNya menggerakkan hati laki-laki untuk menjadikan jodoh bagi ibu dengan tiga buah hati ini. aamiin J
#odopokt20
#30dwcjilid9
#day8
#squad5
Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

Posting Komentar