Hari Minggu pagi yang Sejuk,
suasana penuh kegembiraan menyelimuti keluarga Rara. Hari ini mereka berencana jalan-jalan
keliling kota Semarang. Rara sudah tak sabar ingin keliling simpang lima sambil
menikmati tahu gimbal, kuliner khas ibu kota Jawa Tengah ini. Sejak kemarin
Rara sudah di kota Semarang bersama ayah dan ibu untuk memenuhi undangan
pernikahan saudara ayah. Hari ini Ayah akan memenuhi keinginan Rara berwisata
di kota kelahiran Ayah. Rara sangat bahagia dan antusias karena, setelah dua
tahun berlalu, ayah mengajaknya kembali ke kota ini. Terakhir Rara mengunjungi
Semarang saat berumur 5 tahun.
“ Yuk Yah, kita berangkat sekarang” Rara
menarik tangan ayah dengan rasa tak sabar. Ibu yang masih menyiapkan teh hangat
lalu berkata lembut “ Sabar ya sayang,
ayah biar istirahat dulu dong”. Rara lihat
ayah sedang duduk di kursi dan nampak terlihat lelah. Rangkaian acara
pernikahan dengan adat Jawa semalam memang padat dan panjang. Ayah yang menjadi
wali nikah pernikahan adik perempuannya memang nampak terlihat lelah. “ Terus
kapan dong bu, berangkat jalan-jalannya?” Rara bertanya setengah tak sabar. “Iya,
setengah jam lagi ya, Nak” jawab ayah sambil menyeruput teh buatan ibu.
Setengah jam berlalu, sudah
berkali-kali Rara memandang jam dinding yang seolah-olah bergerak lambat. “Ayo
Yah, sudah setengah jam lho” Rara sudah tak sabar ingin menjelajahi kota
Semarang agar bisa bercerita dengan teman-temannya saat kembali ke kota Padang
nanti. Ayah dan ibu tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat polah putri
tunggal kesayangan mereka. Baru saja melangkah ke teras, tiba-tiba awan mendung
menggelayuti angkasa. Cuaca akhir-akhir
ini memang tak bisa dipredisi, baru saja cuaca sejuk berawan lalu tiba-tiba mendung.
Tak lama kemudian disertai angin dan rintikkan gerimis. Mendung bukan hanya di
langit, namun juga di wajah Rara. “ Duh, kok hujan sih, batal dong Bu, acara
jalan-jalan kita” kata Rara lirih tak mampu menyembunyikan rasa kecewanya. “Gara-gara
hujan nih, Rara nggak jadi menikmati tahu gimbal” Rara bersungut-sungut sambil
menghentak-hentakkan kaki. Ibu yang mendengar perkataan Rara segera membelai
rambut Rara dengan lembut.
“Jangan mencela hujan, Nak.
Sesungguhnya hujan itu rahmat yang Allah berikan kepada umatnya” Ibu berkata
bijak sambil tetap mengelus rambut Rara. “Ada keberkahan di dalamnya. Dengan
hujan, tanaman akan mendapatkan air sehingga tidak kekeringan. Hewan yang
kehausan juga tertolong dengan adanya hujan” Lanjut Ibu menasehati Rara . “Lebih
baik saat hujan begini kita berdoa semoga hujan ini hujan yang bermanfaat” kata
Ayah. “ Dan tidak boleh kita mencela hujan, karena mencela hujan sama saja
mencela yang menciptakan hujan yaitu Allah Yang Maha Esa” lanjut Ayah
menasehati dengan sabar. Rara memandang hujan dari balik jendela lalu
mengucapkan doa yang baru saja diajarkan Ayah kepadanya. Rara menikmati hujan
bersama kehangatan keluarga kecilnya. Ibu muncul dengan membawa susu hangat dan
jajanan pasar tradisonal yang dibeli tadi pagi di pasar. Rara bersyukur dengan
adanya hujan bisa bercengkrama dengan Ayah dan ibu yang sangat dicintainya.
#odopokt15
#30dwcjilid9
#day7
#squad5
Nice sharing Mbak, bisa diceritakan ke anak saya kelak.. thank you :)
BalasHapus