Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatu. Apa kabar, teman-teman?. Semoga senantiasa dalam keadaan sehat
semuanya ya. Aku mau menceritakan keadaanku beberapa bulan yang lalu. Waktu itu
aku salah pergaulan dan mempunyai seorang teman yang membuatku seperti jauh
dari Sang Pencipta.
Ihh..., mbak, kok hal seperti ini
dibuka di blog pribadi begini sih. Apa nggak malu?. Aku hanya ingin
menceritakan kisah yang aku alami dan mengambil hikmahnya. Barangkali kisahku
ini dapat bermanfaat juga bagi teman-teman. Jadi, sekitar 8 bulan yang lalu aku
berkenalan dengan seseorang lewat media messengger. Dia mengirimiku sebuah
pesan lewat whatsapp, kemudian berlanjut berkenalan lewat facebook. Dalam status-status
yang temanku posting ini, sebut saja namanya Arti, dia selalu menuliskan
hal-hal religius yang aku nilai mencerminkan pribadinya yang shalih.
Pertemuan kami untuk yang pertama
kalinya, semakin menyakinkanku jika Arti adalah orang yang tahu ilmu agama dan
juga akhlak yang mulia. Arti sangat perhatian dengan keadaanku sebagai single mother dan mempunyai putra yang
berkebutuhan khusus. Arti merasa trenyuh dan mengatakan ingin membantu
menyembuhkan putraku. Dia Aku saat itu merasa senang dan bersyukur serta
menyambut baik uluran tangannya. Saat itu dengan kata yang menyakinkan, Arti
mengatakan bahwa apa yang dia lakukan hanya bentuk ikhtiar dan Allah Subhanahu
Waa Ta’alaa yang mempunyai wewenang untuk menyembuhkan anakku.
Cara untuk “menyembuhkan” anakku,
awalnya aku nilai tidak masuk akal dan penuh dengan hal yang mistis. Ada syarat
yang harus aku penuhi, sebagai pelengkap untuk melaksanakan prosesi pengobatan.
Arti meminta kuku, rambut, baju anakku yang sudah bau keringat anakku,
segenggam tanah dari halaman rumah dan beberapa hal yang lainnya.
Aku heran dan berulang kali mengucapkan istiqhfar. Cara ini seperti cara pengobatan dengan pertolongan dukun. Tentu saja aku menolak, tapi dia menyakinkanku bahwa caranya adalah cara pengobatan yang dilakukan oleh Nabi. Arti sangat lihai menyakinkanku dan mengatakan bahwa seorang ibu tentu saja rela melakukan apa saja untuk kesembuhan buah hatinya.
Aku heran dan berulang kali mengucapkan istiqhfar. Cara ini seperti cara pengobatan dengan pertolongan dukun. Tentu saja aku menolak, tapi dia menyakinkanku bahwa caranya adalah cara pengobatan yang dilakukan oleh Nabi. Arti sangat lihai menyakinkanku dan mengatakan bahwa seorang ibu tentu saja rela melakukan apa saja untuk kesembuhan buah hatinya.
Saat itu aku dalam kebimbangan
yang luar biasa hebat. Seperti ada perang batin dalam diriku. Satu sisi aku
ingin anakku bisa seperti teman-temannya yang lain tapi dilain sisi aku seperti
sedang meminta pertolongan dengan seorang dukun. Aku ragu dan tiap aku ragu,
aku memilih untuk meninggalkannya. Selama ini hampir selama 6 tahun aku sudah
melalui ikhtiar yang tak kenal lelah untuk menerapi anakku baik dengan terapi
wicara dan terapi perilaku. Aku tak ingin mengikuti keinginan Arti. Lebih baik
aku melanjutkan apa yang selama ini aku lakukan saja.
“Teman yang baik adalah yang
selalu mengingatkan dan mendekatkanmu pada Allah”. Quote ini sangat menarik dan membuatku untuk berhati-hati dalam
memilih teman dekat. Seperti sebuah pepatah lainnya yang mengatakan “Barang
siapa berteman dengan tukang besi akan terkena cipratan apinya dan barang siapa
yang berteman dengan tukang minyak wangi akan terciprat wanginya. Memilih teman
sungguh besar pengaruhnya dalam kehidupan kita. Jadi kita memang boleh saja
bergaul dengan siapa saja, namun bertemanlah dengan mereka yang dapat
mengantarkanmu menuju Surga.
Semoga bermanfaat.
Tulisan ini
diikutsertakan dalam program one day one posting Blogger Muslimah Indonesia
Jadi gimana mba? Dilanjutkan atau tidak pengobatannya?
BalasHapusnggak mba, takut terjerumus syirik
BalasHapus