header hapsari adiningrum

Janda, Bagaimana Dirinya Dimatamu?

4 komentar
Menjadi janda itu tak mudah, bahkan untuk sekedar mengucapkan “ aku  janda”  membutuhkan persiapan mental dan proses waktu yang lama. Sejak suami meninggal di awal tahun 2016 yang lalu, otomatis bagi istri yang kehilangan suaminya akan disebut janda, seperti halnya anak yang kehilangan ayahnya disebut yatim. Tapi bagiku, kata janda adalah momok yang menakutkan dan terdengar seperti aib. L

Sesungguhnya siapa yang berharap menjadi janda? Tidak ada!. Aku yakin bahwa setiap perempuan yang berniat menikah atau sudah menikah, berharap akan mampu bersama pasangannya sampai tua, merawat anak-anak hingga mereka tumbuh dewasa atau jika harus meninggal dunia terlebih dahulu, biarlah istri yang lebih dahulu meninggal. Agar status janda tidak melekat pada seorang perempuan.

Para istri yang kehilangan suaminya karena cerai mati ataupun cerai hidup, lebih suka melabeli diri dengan sebutan single mama, single mother atau orang tua tunggal. Kata janda bila diucapkan terdengar seperti kata yang langsung berbau negatif. Jika diucapkan oleh perempuan sepertinya ada kesan dia sedang terancam dengan keberadaan janda, takut karena suaminya digoda atau direbut oleh janda tersebut. Ini sesama perempuan lho, yang katanya diharapkan bisa saling memahami akan tetapi ternyata bisa saling menyakiti.

Kata janda bila diucapkan oleh pria bisa lebih sadis lagi maknanya. Seperti bisa direndahkan, bisa diajak berbuat asusila dan seperti makna-makna buruk lainnya. Para pria beranggapan, perempuan yang pernah menikah dan tentu saja pernah merasakan manisnya berhubungan suami istri, akan tetap membutuhkan kebutuhan biologis tersebut. Karena tidak ada lagi suami, janda membutuhkannya dari pria lain. Maka dalam anggapan pria, para janda ini kesepian, haus kasih sayang dan butuh pemenuhan kebutuhan biologis dari pria lain.

Menjadi janda itu bukan hal yang mudah, selain menghadapi pandangan masyarakat yang berkesan negatif harus berjuang seorang diri untuk membesarkan dan merawat anak-anak mereka. Apalagi jika menjadi janda karena perceraian akan mendapatkan cap buruk karena yang disalahkan adalah pria istri, seperti kenapa suaminya tergoda perempuan lain, tidak bisa memuaskan suami, tidak bisa merawat dirinya, tidak bisa mempertahankan rumah tangga dan lain sebagainya. Janda karena perpisahan di pengadilan agama tetap saja berat dan harus berjuang agar bisa bangkit kembali.

Aku kemudian berharap jika saya kita semua-terutama muslim- dapat meneladani sikap Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dan sahabiyah terhadap status janda seorang perempuan. Tidak ada yang mengolok-olok status janda Ibunda Khadijah sebelum dan saat menjadi istri Nabi. Tidak ada yang menggoda, merayu dan melecehkan para janda ketika suami mereka gugur saat jihad. Lalu para sahabat di masa Nabi ini akan menikahi para janda tersebut untuk menanggung kebutuhannya.

Barangkali harapanku terlalu tinggi agar masyarakat sekarang ikut meneladani sikap Nabi dan para sahabat. Angan-angannku terlalu berlebihan. Semoga saja tidak ada yang berpandangan buruk terhadap janda bagi para perempuan dan bagi para pria tidak ada yang memanfaatkan hal ini untuk tipu daya dan kesenangan mereka.
Semoga...

#onedayoneposting
#bloggermuslimahindonesia


Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

  1. Ya, Mbak. Aku merasakannya amat berat. Bahkan, teman sendiri tega menggoda. Emang gue perempuan apaa? *gemas* Tapi ya semua itu susah dihilangkan. Lha gimana coba?Faktanya, banyak janda yg emang mskun mngukuhkan diri sebagai sosok penggoda. *gemeslagi*

    BalasHapus
  2. Tapi, kalau boleh berpendapat, tergantung lingkungan juga. Bila lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja adalah orang-orang yang menjaga diri dengan baik, biasanya dengan janda juga sangat hormat, sebagaimana sikap hormat kepada anggota masyarakat lainnya.

    BalasHapus
  3. Masya Allah, memang sepatutnya kita mencontoh Rasulullah dan para sahabatnya ya dalam memperlakukan orang lain..

    BalasHapus
  4. Terima kasih informasinya, menggugah perasaan banget...
    Bagaimana kalau mencarikan suami baru untuk mereka ya ?:)

    Terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar