Siang
yang hangat dan sejuk, ditemani dengan arus laut yang bergerak pelan membuat
ketiga sahabat kecil ini asyik bermain. Guri, Nanil dan Akoi duduk melingkar di
teras rumah Nanil. Nanil sedang menggambar mobil, sedangkan Guri dan Akoi asyik
membaca buru cerita. Sesekali mereka saling bercanda dan tertawa. Tiba-tiba Nanil
berdiri dan tampak bingung mencari sesuatu. “ Aduh, pensil warnaku yang hitam
dimana ya?” tanya Nanil pada dua sahabatnya. Akoi melihat sekelilingnya dan
berusaha ikut mencari. “ Aku kok tidak menemukannya ya, memangnya tadi kau
letakkan dimana?” kata Akoi. “Tadi juga masih ada di dekatku” jawab Nanil
sambil mengangkat buku gambarnya, berharap menemukan pensil warnanya di bawah
buku. Tapi Nanil tidak menemukan apa-apa. Guri masih asyik membaca bukunya dan
tak menghiraukan kebingungan sahabatnya. “Guri, apa kau melihat pensil warnaku
yang hitam, aku mau mewarnai roda mobil ini” tanya Nanil. “ Tidak” jawab Guri
singkat tanpa menoleh. “ Ya sudahlah kalau begitu” kata Nanil sembari
membereskan buku dan peralatan tulisnya. Hari beranjak sore, Akoi dan Guri
bersiap akan pulang. Saat Guri berdiri, ternyata pensil warna milik Nanil ada
di bawah lengannya dan patah jadi dua. Ketiga sahabat itu sama-sama terkejut,
apalagi Nanil. Mata Nanil membesar, tampak tak percaya dan bibirnya melengkung
ke bawah tanda ia bersedih. Guri juga tidak menyangka ternyata pensil warna
yang dicari kedua sahabatnya ada di bawah salah satu lengannya. “ Maafkan aku Nanil,
aku sama sekali tidak tahu kalau pensil warna itu ada disini” kata Guri
terbata-bata. Nanil hanya diam dan memandang pensil warnanya yang telah patah,
benda itu kesayangannya karena hadiah dari ayah. Akoi dan Guri segera pamit
pulang karena hari sudah beranjak sore.
***
Minggu
pagi yang cerah di rumah Akoi, tampak Nanil, Guri dan tentu saja ada Akoi
sedang menikmati Bolu buatan ibu Akoi. Kue Bolu di piring ada 8 potong
disajikan diatas meja untuk mereka. Guri sangat suka kue bolu. Rasanya yang
manis dan lembut benar-benar lezat. Guri sudah memakan dua potong, sementara Nanil
dan Akoi masih menikmati bolu pertama mereka yang belum juga habis. “ Hmm, bolu
ini benar-benar enak ya” kata Guri dengan mulut penuh dengan kue. Akoi dan Nanil
mengangguk-angguk tanda setuju. Guri hampir saja menghabiskan kue keduanya dan
lengannya yang panjang sudah bersiap-siap akan mengambil potongan ketiga. Maka
kue ketiga sudah berada di mulut Guri dan ia mengunyahnya dengan cepat. Sementara
3 lengannyanya sudah memegang bolu dan antre untuk masuk ke mulutnya. Nanil dan
Akoi yang baru saja menghabiskan kue pertama mereka tampak kecewa karena di
atas piring sudah tidak ada lagi kue bolu. “ Tadi ada 8 potong kue bolu, aku
makan satu dan Nanil juga makan satu” kata Akoi. “ Iya nih, Guri makannya
paling banyak, 6 potong!” balas Nanil dengan suara sebal. Guri terbatuk-batuk
karena hendak bicara sementara masih ada sisa kue di mulutnya. “ Oh, iya ya,
aku mengambil enam potong, kue bolu ini enak sekali” kata Guri sambil nyengir
dan mengelus-elus mulutnya yang sudah selesai mengunyah bolu terakhir.
Minggu
sore, setelah mandi dan wangi Guri berjalan riang menuju rumah Nanil. Hari ini
mereka bertiga akan berkumpul disana dan Guri akan melanjutkan membaca buku
cerita milih Nanil yang belum selesai ia baca. Guri sudah berada di di depan
pintu. Ia melihat sepatu Akoi di depan pintu. Berarti Akoi sudah datang dan
berada didalam rumah, pikir Guri. Ia mengucapkan salam. Tidak ada yang
menjawab. Ia lalu mengucapkan salam dengan lebih keras dan masih saja tidak ada
jawaban. Ia lalu mengetuk pintu dengan lengannya dan Nanil belum juga keluar
untuk membukakan pintu. Guri berdiri beberapa saat di depan pintu. Ia yakin Nanil
ada didalam rumah dan ada Akoi disana, tapi mengapa kedua sahabatnya itu tidak
mau keluar. Guri akhirnya pulang dengan wajah tertunduk lesu. Sore ini ia hanya
akan menghabiskan waktu di rumahnya
saja.
Sementara
itu didalam rumah, Nanil dan Akoi yang mengintip dari jendela melihat Guri yang
pulang dengan wajah lesu. “ Guri sudah pulang, kasihan dia tidak jadi bermain
dengan kita” kata Akoi. “Huh, biar saja” kata Akoi. “ Aku sebal sama Guri,
badannya yang besar dan merah itu sudah mematahkan pensil warnaku dan ia juga
makannya paling banyak. Lengannya yang banyak itu bikin aku geli kalau dekat
dengannya” lanjut Akoi. “Yuk Akoi kita lanjutkan membaca buku di dalam rumah
saja” ajak Nanil. Akoi mengangguk.
Beberapa
hari kemudian Nanil dan Akoi tampak sedang mengumpulkan rumput laut dekat rumah
Akoi. Guri yang kebetulan lewat melihat kedua sahabatnya dan segera menghampiri
mereka. “ Hai Nanil, hai Akoi sedang apa kalian” tanya Guri. “ Nanil diam saja
dan masih berusaha mengambil rumput laut dengan mulutnya. “Kami sedang
mengumpulkan rumput laut untuk membuat agar-agar” jawab Akoi. “ Wah, pasti seru
sekali. Aku bantu ya, aku bisa dengan cepat mengumpulkan rumput laut dengan lenganku
ini” kata Guri dengan semangat dan dia dengan cekatan sudah meengambil banyak
rumput laut dengan lengannya yang berjumlah delapan. “ Tidak perlu” jawab Nanil
dengan cepat. “ Kami bisa melakukannya berdua” ujar Nanil lebih lanjut. Guri tampak kecewa lalu ia meletakkan kembali
rumput laut. “ Ayo cepat Akoi, kita pulang ke rumahmu” ajak Nanil. Akoi
kelihatan bimbang, ia menatap ke arah Guri dan merasa kasihan. “ Ayo Akoi!”
seru Nanil untuk yang kedua kali. Akoi lalu menyusul Nanil dan meninggalkan Guri
sendirian. Guri menatap kepergian kedua sahabatnya dengan wajah sedih. Guri
sadar sekarang kalau kedua sahabatnya sudah tidak mau main lagi dengannya. Ia
memandang tubuhnya yang merah, yang dengan 8 lengan. Walau masih anak-anak, sebagai
seekor gurita tetap saja tubuhnya tumbuh dengan lengan yang banyak dibandingkan
kedua sahabatnya yang seekor Ikan koi dan Kuda Nil. Guri bersandar di pohon dan
memikirkan dirinya yang sekarang sendirian tidak memiliki kawan. Dan Guri pun
tertidur di tepi hutan tidak jauh dari rumah Akoi.
Tiba-tiba
Guri mendengar teriakan panik kedua sahabatnya. “ Tolong-tolong kami
terperangkap!” teriak Akoi. Guri segera berlari menuju arah kedua sahabatnya. Dilihatnya
kedua sahabatnya terperangkap jaring nelayan. “ Tolong Guri!” teriak Akoi. Dengan
lengannya yang panjang dan banyak Guri dengan lincah memotong jaring dan
mengeluarkan kedua sahabatnya. Nanil dan Akoi berlari memeluk Guri. Mereka
tampak bahagia dan terharu. “Terimakasih banyak Guri, kau telah menyelamatkan
kami” kata Akoi sambil terbata-bata menahan air mata. “Syukurlah, sekarang
keadaan kalian baik-baik saja” kata Guri masih memeluk kedua sahabatnya. “ Kami
juga minta maaf ya Guri, karena beberapa hari ini kami mengabaikanmu dan tadi
kami ketus terhadapmu” kata Nanil. “Iya, maafkan kami ya, kau masih mau kan
bersahabat dengan kami” tanya Akoi. “Tentu saja, kalian adalah sahabat
terbaikku” jawab Guri dengan bahagia. Guri, sang gurita lincah telah memaafkan
sahabatnya dan mereka saling memahami setiap kekurangan dan kelebihan yang
masing-masing mereka miliki.
Posting Komentar
Posting Komentar