Kehilangan buah hati yang masih ada dalam kandungan adalah peristiwa yang paling membuatku sedih. Walaupun kejadiannya sudah lama berlalu yaitu sekitar awal Januari 2013 tapi masih saja aku merasa bersalah jika mengingatnya. Apalagi saat aku ultah awal Maret ini ada kawan yang mengucapkan "selamat menyambut kehadiran si kecil yang baru" . Deg..jantungku terasa berhenti berdetak. Dia mungkin belum tahu kalau aku keguguran. Beberapa kawan memang tahu aku hamil muda tapi hanya keluarga dan sahabat yang tahu si kecil sebelum bertemu mamahnya telah bertemu dahulu dengan Sang Pencipta .
Aku hamil lagi ketika anak kedua (Barra Ramadhan Riyansa) berumur 16 bulan. Saat itu aku masih menyusui Barra. Aku mencari info tentang NWP (Nursing While Pregnant) atau menyusui saat sedang hamil. Dari refesensi yang aku baca dan nasehat seorang Konselor Laktasi di sebuah grup ASI di socialmedia menyatakan ; ibu hamil masih tetap bisa menyusui dengan syarat :
*Tidak pernah keguguran
*Tidak ada kejadian lahir
prematur
*Tidak kontraksi saat menyusui
*Tidak flek/pendarahan saat
menyusui
Sampai kehamilan awal 10 minggu semuanya berjalan lancar. Aku tidak pernah tanda-tanda tersebut. Lalu tiba-tiba di pertengahan minggu ke 10 aku mengalami flek/sedikit pendarahan. Aku pikir karena kelelahan, karena sehari sebelumnya aku bersih-bersih kamar dan mengangkat kardus berisikan mainan anak-anak. Seharian aku bedrest. Aku juga mulai latihan menyapih Barra. Caranya melatih menyapih yaitu ;
*Tidak menyodorkan payudara jika anak tidak ingin menyusu *Memberikan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) lebih sering
*Jika anak ingin menyusu, coba tawarkan air putih atau jus buah sebagai pengganti ASI
*Tidak mengingatkan kebiasaan anak tentang keinginannya menyusu. Kalau Barra tempat favoritnya adalah di kasur. Jadi aku upayakan agar dia tidak main-main di kasur. Hanya saat akan tidur saja.
Bedrest dan mengurangi menyusui sudah aku lakukan. Aku juga periksa ke dokter diberi obat kalnex (penghenti pendarahan). Upaya untuk mempertahankan kehamilan sudah aku lakukan secara maksimal. Namun aku tetap kehilangan calon anakku diusia awal 11 minggu. Aku mengalami pendarahan hebat awal Januari 2013. Kemudian aku ketahui saat USG kantong janin sudah tidak ada. Dokter menyarakan kuretase, tapi karena takut aku memilih diberi obat untuk meluruhkan sisa-sisa jaringan.
Aku mengalami fase berduka. Fase ini aku lalui bersama suami. Kami sama-sama berduka. Perasaan bersalah justru membuat ASI ku seret. Karena memang keluarnya ASI dipengaruhi faktor psikis. Aku tambah semakin merasa bersalah, karena Barra sering rewel. Kemudian suami sudah bangkit kembali. Suamiku memberikan semangat, memijat punggung yang kadang merasa nyeri atau sekedar mengompres dengan air hangat di perutku. Kata dokter, keguguran sebelum 14minggu kemungkinan besar karena janin bermasalah atau tidak berkembang. Teman-teman konselor laktasi yang dulu men-support untuk NWP ketika tahu aku keguguran juga memberikan semangat, menghibur serta mendoakan. Aku juga membaca hadist yang menyebutkan bahwa janin yang meninggal dalam kandungan ibunya, akan menarik ibunya dengan pusarnya ke surga.Aamiin..
Aku dan suami mengambil hikmah atas peristiwa ini. Banyak hal yang akhirnya kami rencanakan setelah aku keguguran. Termasuk mempersiapkan kehadiran buah hati ke tiga. Insya Allah...
Hugs mama arfa...love ur writing..love ur blog...mari menuliis...
BalasHapuspeluk mb Hapsari :) wih masih mau nambah lagi ya mba utk yg ketiga? aku koq udah ga berani ya heheheee...
BalasHapus