header hapsari adiningrum

Pedoman Bicara dengan Bayi

Pedoman Bicara dengan Bayi

* Jangan Gunakan Kata Ganti

Bayi kecil masih sulit memahami “aku”, “saya”, “kamu”, atau “dia”. Itu bisa berarti ayah, ibu, atau nenek, atau bahkan dirinya sendiri, tergantung dari siapa yang mengajaknya berbicara.

Jadi, sebut diri Anda sebagai “Ibu”, “Mama”, atau “Bunda”, tergantung sebutan yang Anda pakai untuk membahasakan diri Anda kepada si bayi. Begitupun sebutan “Ayah”, “Kakek”, “Nenek”, dan lainnya. Anda dan orang lain pun harus menyebut atau memanggil si bayi dengan namanya.

* Ajukan Banyak Pertanyaan

Penelitian menunjukkan, anak yang orangtuanya banyak berbicara “dengan” mereka dan bukan “kepada” mereka, akan belajar bicara lebih dini. Jadi, beri kesempatan si bayi untuk mengeluarkan suara, apapun jenis suaranya. Salah satunya dengan mengajukan pertanyaan.

Pertanyaannya bisa macam-macam dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Diamkan sebentar setelah Anda mengajukan satu pertanyaan. Tunggu bagaimana reaksinya yang ditunjukkan dengan mengeluarkan berbagai suara. Kala ia merespon, balas kembali. Jikapun ia tak memberi respon, Anda tak usah kecewa. Ajukan saja pertanyaan yang lain.

* Gunakan Bahasa/Kata Sederhana

Anda boleh menggunakan bahasa bayi seperti “pus” untuk kucing atau “guk guk” untuk anjing, dan lainnya. Yang penting, nantinya Anda menggunakan kata yang sebenarnya. Bahasa bayi, menurut Adi Tagor, tetap bahasa. Hanya artikulasinya lebih sederhana. “Word atau kata bayi tak harus sempurna. Asal ia bisa mengidentifikasikan pada satu benda,” terangnya.

Jadi, jangan paksa si bayi mengucapkan kata yang sulit. Kata “mama” dan “papa”, misalnya, lebih mudah bagi bayi ketimbang “ibu” dan “ayah”. Baik dari segi linguistik maupun fungsi susunannya.

Berbicaralah lebih lambat dan jelas dengan lagu/intonasi yang menyenangkan. Sehingga, si bayi mendapat kesempatan untuk menangkap kata-kata itu dan memahaminya. “Karena semua panca indera baru mengenal, kita beri dosis pelan-pelan. Bicaralah lembut dan jangan bertengkar di depan bayi. Paling cepat usia 2 minggu bayi sudah punya keinginan berkomunikasi. Reaksinya ketawa, dia menangkap dan mencoba meniru, lalu mengoceh. Malah usia sebulan ia sudah bisa mengoceh,” papar Adi Tagor.

* Beri Rasa Tenang

Bayi memiliki bahasa suara instinctual. Artinya, secara naluri ia bisa tahu suara-suara kasih sayang atau bukan. Umumnya ini berhubungan dengan keras-lembutnya suara. Karena itu, jangan bicara pada bayi dengan mengolok atau mengejek, marah, dan kasar. Tapi berilah pujian dengan tulus.

“Kemampuan instinctual sudah ada pada usia 1,5 - 2 bulan. Lewat kedekatan, misalnya dalam gendongan ibu dan lewat suara-suara,” terang Adi Tagor. Perasaan ketenangan yang diperoleh saat ini memberi sumbangan pada kemahiran berbahasa atau kemampuan berbahasa yang tumbuh pesat setelah usia setahun.

* Gunakan Musik Atau Menyanyi

Jangan khawatir bila suara Anda sumbang. Bayi tak akan peduli. Ia akan senang dengan apa pun yang Anda nyanyikan atau musik yang Anda perdengarkan. Umumnya lagu anak-anak bisa diterima oleh bayi. Sambil menyanyi, sertai pula dengan gerakan-gerakan tangan sehingga lebih memberinya makna.

Sering-seringlah mengulangi lagu atau pantun anak setiap hari kendati Anda sudah bosan. Selain si bayi memang suka pengulangan, juga akan membantu proses belajarnya. Ia akan terangsang untuk menirukan meski artinya belum ia mengerti. Pengulangan juga akan membantu bayi mengenali suara-suara khusus. “Mengenal orang lewat timbre atau warna suara, artikulasi, lagu-lagu, intonasi, juga bisa membuat si bayi meniru intonasi bahasa itu,” kata Adi Tagor.

* Pusatkan Pada Kata-kata Tunggal

Setelah si bayi makin besar, mulailah memberi tekanan pada kata-kata tunggal. Misal, “Sekarang Mama akan mengganti popok Adit,” sambil Anda mengangkat dan menunjukkan popok kepadanya, “Popok, ini popok Adit.” Atau saat Anda berkata, “Sekarang Mama mau membuat jus melon untuk Adit,” lalu angkat melon itu dan tunjukkan, “Melon. Ini buah melon.”

Tetaplah berbicara dengan bahasa sederhana, jelas, dan lambat. Beri tekanan pada kata-kata yang sering dipakai dalam hidup bayi sehari-hari. Selalu berhenti sebentar sebelum Anda mengatakan kata selanjutnya, agar bayi punya banyak waktu untuk mengendapkan kata-kata Anda.

* Gunakan Buku & Mainan

Bayi usia di atas 3 bulan sudah bisa diajak “membaca”. Gunakan buku cerita bergambar, ia pasti akan tertarik. Tunjukkan gambar-gambar itu sambil dijelaskan. Lalu tanyakan, “Mana bola?”, misalnya. Kelak ia akan mampu menunjukkan gambarnya.

Bisa pula dengan menggunakan mainan. Kebanyakan bayi sejak umur 6 bulan suka melihat wajahnya di depan cermin, lalu ia akan mengeluarkan suara-suara dari mulutnya. Beri ia mainan cermin kecil yang pinggirannya terbuat dari plastik. Tapi hati-hati, jangan biarkan ia bermain cermin sendirian.

Jika usianya sudah mencapai 12 bulan, Anda dapat memberinya telepon-teleponan atau boneka yang bisa bicara. Ini akan mendorongnya untuk bercakap-cakap.

* Kalimat Perintah

Penting bagi bayi untuk belajar mengikuti perintah sederhana. Misalnya, “Cium Mama,” atau “Lambaikan tangan,” atau “Tolong berikan boneka itu pada Mama,” dan sebagainya. Tentu ia tak akan segera melakukan perintah Anda. Dengan pengulangan sambil memberi contoh, lama-lama ia akan melakukannya. Tapi kalau ia sudah “mahir”, sebaiknya Anda jangan tergoda untuk memperlakukan ia bak “ikan lumba-lumba” yang sudah dilatih dan meminta ia untuk melakukan “pertunjukan” mutakhirnya setiap kali ada pengunjung.
sumber : tabloid nakita
Dedeh
Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

Posting Komentar