Setelah berusia 3 tahun, anak diharapkan sudah tidak mengompol lagi. Pembekalan lewat toilet learning memungkinkan hal itu, meski mengompol di usia 3-5 tahun masih bisa ditoleransi. Yang jadi masalah kalau setelah berusia 5 tahun, anak masih mengompol. Berarti ada sesuatu yang tak wajar dan harus segera ditangani. “Orangtua jangan berpikir bahwa kebiasaan mengompol itu akan hilang dengan sendirinya. Tidak demikian. Anak tak akan merasa bersalah meski masih mengompol. Pada akhirnya anak akan terbiasa melarikan diri dari masalah dan tak bisa menyelesaikan masalah,” papar Vitriani Sumarlis, Psi., dari Klinik Anakku Cinere, Jakarta Selatan. Meskipun sudah di atas 5 tahun, anak harus tetap diajarkan bertoilet.
JIKA TOILET LEARNING TERLAMBAT
Mengapa bisa terlambat? Mungkin karena ketidaksiapan orangtua maupun anak. Orangtua mungkin malas dan tak mau susah dengan membangunkan anaknya di malam hari sehingga membiarkan anaknya mengompol. Toh ada popok sekali pakai (pospak) ataupun perlak. Tentu saja, kemalasan ini hanya akan menimbulkan kerepotan yang lebih besar di kemudian hari. Jadi memang diperlukan kesiapan orangtua untuk lebih sabar dan punya waktu untuk mau mengajarkan toilet learning kepada anaknya. Beginilah cara menerapkan toilet learning pada anak, termasuk anak yang terlambat berlatih: * Ajarkan terlebih dahulu di siang hari. Jika sepanjang siang anak sudah bisa berlatih pipis di kamar mandi, malam hari sebelum tidur anak juga harus dibiasakan buang air kecil dulu. Keberhasilan tidak mengompol di siang hari bisa menjadi ukuran kesuksesan anak untuk tidak mengompol lagi. Paling tidak bisa diukur keberhasilan toilet learning tersebut selama 3-6 bulan atau bahkan 1 tahun. Tentunya pada setiap anak akan berbeda, ada yang bisa cepat dan ada yang lambat menerima toilet learning. Mungkin masih ada orangtua yang memakaikan pospak di malam hari, meski anaknya sudah usia prasekolah. Dalam keadaan darurat, seperti di perjalanan yang sulit mendapatkan toilet bersih, pospak masih bisa dimaklumi. Namun di rumah, pada malam hari anak harus dibangunkan jika menunjukkan tanda-tanda akan buang air kecil. Bimbinglah dia ke kamar mandi. * Perhatikan pola pipisnya. Sehabis minum sebelum tidur atau di tengah-tengah jam tidur, berapa lama setelah itu biasanya anak akan pipis? Nah, bangunkan dia dengan lembut menjelang jam buang air kecilnya. Katakan, misalnya, pipis di toilet akan membuat tidurnya lebih tenang dan nyenyak. * Perhatikan pola tidur dan terbangun malamnya. Agar mudah membangunkan anak, perhatikan pula pola kapan anak mulai tidur lelap (deep sleep) dan kapan ia mulai gelisah terbangun di malam hari. Di saat-saat terbangun malam atau saat dia sudah lewat tidur lelapnya, maka anak bisa dibangunkan pelan-pelan untuk pipis. Jika belum habis lelap tidurnya dan sudah dibangunkan, biasanya anak akan marah atau menangis. * Buat kesepakatan bersama. Akan lebih baik lagi jika dibuat kesepakatan antara anak dan orangtua mengenai bangun malam ini. Misal, “Dek, nanti malam Mama bangunkan ya untuk pipis di kamar mandi. Dengan begitu kamu enggak pipis di tempat tidur.” Pengertian seperti ini diperlukan agar anak merasa siap. * Jangan melabel anak. Tak baik menyikapi anak yang mengompol dengan memberinya label si Tukang Ngompol atau lainnya. Perilaku ini pun tak bijak jika ditanggapi dengan memarahi, mempersalahkan, ataupun memojokkan anak. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada malah menambah masalah. Anak jadi bertambah cemas dan stres sehingga dapat memperparah perilaku mengompolnya. Sebaliknya orangtua harus menjelaskan pada anak dengan bahasa yang mudah dimengertinya, bahwa mengompol sebaiknya tidak lagi terjadi pada anak di atas tiga tahun. Mintalah anak untuk mau bersusah sedikit pipis sebelum tidur atau bangun dan pergi ke toilet kalau ingin pipis malam hari. Selain itu, ajarkan pula tanggung jawab. Contoh, kalau sampai mengompol, minta dia ikut membantu melepas seprainya dan memasukkannya ke keranjang cucian. Jangan sampai anak merasa tak masalah jika masih mengompol. * Puji atau beri reward jika tak mengompol lagi. Jangan lupa untuk memberinya pujian jika ia sudah bisa mengendalikan pipisnya. “Pintar ya, anak Ibu sudah bisa tidak ngompol lagi.” Boleh juga dengan memberikan hadiah bila anak berhasil tidak mengompol selama waktu tertentu. Umpama, “Mama janji deh mau belikan rumah Barbie kalau kamu tidak ngompol lagi selama satu bulan.”
MASALAH FISIK/MEDIS
Masalah fisik/medis juga bisa menyebabkan anak ngompol biasanya dibarengi dengan gejala lain, seperti demam, sering pipis, anyang-anyangan, dan lain-lain. Sedangkan, kelainan bawaan yang menyebabkan mengompol biasanya terletak pada saluran kemih atau sistem persarafan di saluran kemih. Perilaku mengompol berlangsung sejak usia sebelumnya dan tidak muncul begitu saja di usia prasekolah. Bila kejadian mengompolnya masih berlangsung hingga di usia setelah 5 tahun dan kejadiannya hampir setiap hari meskipun sudah diajarkan toilet learning, maka perlu diwaspadai. Bawa si kecil ke dokter anak untuk dicari penyebabnya secara medis. Biasanya dilakukan berbagai pemeriksaan laboratorium maupun saluran urinenya. Setelah itu barulah diupayakan penanganan lebih lanjut.
MASALAH PSIKIS
Jika sebelumnya anak sudah lama tidak mengompol tapi kemudian kembali mengompol secara tiba-tiba dan secara fisik pun si anak sehat, maka kemungkinan pemicu mengompolnya adalah faktor psikis. Anak mengalami stres tertentu, umumnya terkait dengan masalah kelahiran adik, teman di sekolah, baru masuk sekolah, dimarahi orangtua, dan sebagainya. Nah, untuk mengetahui ada-tidaknya masalah psikis ini, orangtua perlu menggalinya dari anak. Caranya, dengan memancing anak bercerita apa yang dirasakan dan pengalamannya sehingga permasalahan yang tengah dihadapi terungkap dari cerita-ceritanya. Apakah ada sesuatu yang membuatnya cemas, takut atau khawatir dan sebagainya. Dengan begitu, sumber pemicu mengompolnya bisa segera diselesaikan. Bisa dengan meminimalkan atau menghindarkan faktor stresnya tersebut. Orangtua dapat meminta bantuan ahli seperti psikolog ataupun guru di sekolahnya bila sumbernya dari sekolah. Sepanjang stres anak belum tertangani, maka ngompol dapat saja terus berlanjut. Dedeh Kurniasih. nakita
Posting Komentar
Posting Komentar