header hapsari adiningrum

Beralih ke makanan padat

Beralih ke Makanan Padat
Begitu si kecil berusia 4 bulan, Anda mungkin mulai mengurangi ASI atau susu formula. Tapi, ini bukan berarti anak akan langsung bisa makan dengan rapi. Dapur Anda akan penuh dengan aneka makanan bayi, celemek dan perabotan lainnya. Pada jam makan, bukan hanya tumpahan makanan yang berserakan di lantai, mungkin saja sendok plastik akan melayang bagai pesawat terbang. Tidak perlu stres; dengan sedikit kesabaran, Anda maupun si kecil akan cepat bisa mengatasi situasi ini.

Siap, Mantap, Ayo!
Jangan terburu-buru memberi makanan padat selain ASI atau susu formula karena bisa meningkatkan risiko alergi makanan dan obesitas. Sebaiknya, tunggu hingga usia 4-6 bulan untuk mengenalkan makanan padat, saat sistem pencernaannya sudah lebih siap. Tapi, acuannya bukan sekadar usia. Si kecil harus sudah bisa mengangkat kepalanya, bisa duduk tanpa banyak ditopang, dan bisa menahan makanan dengan lidah agar tidak tersedak. Kalau dia penasaran dengan makanan yang Anda santap, berusaha meraih piring Anda, atau menatap Anda saat menyuapkan sendok sup ke mulutnya, itu pertanda dia sudah siap menerima rasa dan tekstur baru dalam menu makanannya.

Mulai dengan Beras
Makanan padat yang pertama sebaiknya sereal beras karena mengandung zat besi, mudah dicerna, dan jarang menimbulkan alergi. Mulailah memberi satu atau dua kali makanan padat dalam sehari. Pilih waktu ketika anak sedang tidak lelah atau ngambek dan Anda pun sedang rileks. Campurkan ASI atau susu formula secukupnya dengan dua sendok teh sereal agar sedikit mencair. Suapkan sedikit demi sedikit dengan sendok yang ujungnya terbuat dari silikon. Siapkan serbet karena dagunya pasti akan berlepotan. Memberi makanan sereal (yang sudah diencerkan) di dalam dot memang lebih mudah, tapi jangan lekas menyerah. “Intinya adalah membiasakan bayi untuk makan dengan cara yang berbeda,” kata W. Allan Walker, MD, Direktur Divisi Nutrisi di Harvard Medical School, Boston. “Meski tampak jorok dan membuat frustasi, ini adalah proses yang harus dilalui.”
Jangan paksa si kecil jika dia menggeleng-gelengkan kepalanya, berpaling, atau menolak untuk membuka mulut setelah satu suap makanan. Kalau dia benar-benar menolak makanan ini, cobalah kembali satu minggu kemudian.
Begitu anak sudah terbiasa dengan sereal beras, makanannya bisa dibuat lebih kental dan takarannya ditambah. Namun, jangan berhenti memberi ASI atau susu formula –bayi Anda membutuhkan sedikitnya 4-6 kali dalam sehari untuk mencukupi kebutuhan gizinya.

Mencoba Jenis Lain
Setelah satu minggu diberi sereal beras, coba jenis sereal lainnya –oat, barley atau gandum. (Menurut sebuah studi pediatrik, mengenalkan gandum kepada bayi sebelum usia 6 bulan akan menurunkan risiko alergi gandum) Untuk mengecek kemungkinan alergi, berikan anak satu jenis makanan baru, tunggu 3-4 hari sebelum mencoba makanan lain. Amati ada tidaknya reaksi alergi, misalnya ruam, bengkak, bersin, sesak napas, muntah, buang gas berlebihan, diare, atau ada darah di tempat duduknya. Hubungi dokter bila ada gejala-gejala ini (butuh beberapa menit bahkan beberapa hari untuk muncul.). Jika reaksinya tampak serius, langsung saja ke UGD.
Setelah bayi Anda biasa makan berbagai jenis sereal, Anda bisa mengenalkan buah atau sayur yang diblender (puree). Tak masalah mana yang lebih dulu diberikan. Tapi, lakukan satu per satu saja. Jika dia memuntahkan puree kacang polong, jangan putus asa. “Bisa saja dia menutup rapat mulutnya atau menggelengkan kepala, ini karena belum terbiasa dengan rasa yang baru,” kata Loraine Stern, M.D, profesor klinik bidang pediatrik di University of California, Los Angeles. “Mungkin dia baru akan mau setelah mencoba tiga atau empat kali.”

Finger foods dan makanan lain
Usia 8-10 bulan, bayi Anda sudah bisa mencoba makanan yang lembut, misalnya yogurt, keju lembek, pisang atau ubi yang dihancurkan. Dia juga sudah bisa mengonsumsi lebih banyak zat besi. Jadi, Anda bisa mencoba puree daging seperti ayam dan sapi. Pada masa ini, dia harus siap untuk makan sendiri. Jadi, berikan dia finger food (makanan yang bisa dijumput) seperti keju mozzarella kecil, pasta, potongan buah, sayur matang atau sereal kering yang mudah larut di dalam mulut. Agar tidak tersedak, semua makanan dipotong kotak-kotak kecil, tidak lebih panjang dari ujung kelingkingnya.
Cerdas-Aman Mengatur Makanan

Perhatikan hal-hal berikut di saat si kecil makan

1. Buang toples makanan bayi yang sudah terbuka 48 jam. Jangan memberi makan langsung dari wadahnya karena bakteri dari sendok bisa mengontaminasi sisa makanan.
2. Hindari puree wortel, bit, lobak, atau bayam buatan sendiri karena sayuran ini mengandung nitrat yang tinggi.
3. Pastikan untuk mengaduk puree yang sudah dihangatkan, dan jangan lupa mengecek suhu makanan sebelum diberikan.
4. Hindari makanan yang bisa menyebabkan bayi tersedak: kacang, kismis, permen, anggur, sayuran mentah yang keras, popcorn, selai kacang, dan hotdog.
5. Jauhi madu yang dapat mengakibatkan keracunan pada bayi di bawah usia 1 tahun.
6. Hindari makanan yang berpotensi menimbulkan alergi, termasuk susu sapi, telur, kacang-kacangan, selai kacang (sulit ditelan), stroberi segar, jeruk sitrus, ikan dan makanan laut lainnya.
Hapsari Adiningrum
Melihat Arfa kecilku tumbuh berkembang dimana aku adalah saksi pertamanya adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidup. Arbaca adalah segalanya, namun PemilikNya lebih utama. Memiliki tiga buah hati dan berharap dapat membersamai mereka hingga dewasa. Seorang ibu yang ingin selalu belajar tentang apapun sampai kapanpun.

Related Posts

Posting Komentar